KOMPLEKS SITI HINGGIL KIDUL

Kori Brajanala Kidul memberikan akses ke Siti Hinggil Kidul. Siti Hinggil Kidul adalah suatu komplek bangunan pendapa terbuka, yang dikelilingi oleh barisan pagar besi pendek, didirikan 2 Rabiulakir Wawu 1721, pada zaman dahulu terdapat 4 meriam, 2 diantaranya kemudian diambil pemerintah untuk diletakkan di AMN Magelang. Berbeda dengan kompleks Siti Hinggil Lor yang megah, komplek Siti Hingil Kidul dan bangunan maupun kori lain di sebelah selatan keraton berbentuk lebih sederhana dan dibuat dari material yang lebih sederhana pula.

Kori Brajanala Kidul




Bangsal Siti Hinggil Kidul

Pusaka kerbau-kerbau albino keturunan kerbau Kyai Slamet



Kebalikan utara dan selatan bangunan di keraton berkaitan dengan filosofi Jawa Donya Sungsang Walik. Bangunan-bangunan di utara keraton yang megah melambangkan nafsu dan keinginan duniawi yang ada di dalam diri manusia, sementara kesederhanaan di bagian selatan melambangkan dalam perjalanan persatuan dengan Tuhan, manusia harus meninggalkan benda-benda dan keinginan duniawi. Dalam tahap spiritual ini manusia harus fokus dan berorientasi kepada Allah SWT. Kini kompleks ini digunakan untuk memelihara pusaka keraton yang berupa kerbau albino keturunan kerbau Kangjeng Kyai Slamet (yang hidup pada masa Sri Susuhunan Pakubuwono II).

Alun-Alun Kidul

Disebelah selatan Siti Hinggil Kidul dapat dijumpai Alun-Alun Kidul, alun-alun ini bersifat lebih pribadi dibandingkan Alun-Alun Lor. Alun-Alun Kidul dikelilingi oleh tembok benteng yang tinggi dan disekitarnya terdapat beberapa rumah bangsawan dan juga wong cilik yang mencari nafkah di area tersebut. Pada bagian ini, terdapat sebuah bangunan yang di dalamnya disemayamkan sebuah gerbong kereta yang digunakan untuk membawa jenazah Sri Susuhunan Pakubuwono X menuju ke pemakaman Astana Pajimatan Imogiri.




Gerbong jenazah Sri Susuhunan Pakubuwono X



Gapura Gading



Tembok yang mengelilingi alun-alun mempunyai pintu gerbang di tengah ujung selatan yang bernama Gapura Gading. Gapura ini berbentuk gerbang candi bentar, seperti halnya Gapura Gladag. Pada tahun 1932, Sri Susuhunan Pakubuwono X, menambahkan pintu gerbang di sebelah selatan Gapura Gading, dengan bentuk mengikuti bentuk gerbang masuk Alun-Alun Kidul dari arah barat dan timur. Ketiga gerbang di Alun-Alun Kidul ini dikenal dengan sebutan Tri Gapurendra (tiga gapura raja), gapura terakhir yang ditambahkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono X inilah yang saat ini dikenal masyarakat sebagai Gapura Gading.

 

TENTANG MERBABU.COM

Merbabu Community atau Komunitas Pecinta Alam Merbabu, berdiri sejak tahun 1984.

Website Merbabu.com hadir sejak tahun 2001, dirintis sejak tahun 1997 dengan domain hosting gratisan.

UNDERCONSTRUCTION

KERATON

CANDI

AIR TERJUN

 

.

.

Copyrights © 2001 - 2017 Merbabu.Com Powered by Propacom