KOMPLEKS SITI HINGGIL LOR

Siti Hinggil Binata Warata (Siti Hinggil Lor) merupakan suatu kompleks yang dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kompleks ini memiliki dua gerbang, satu disebelah utara yang disebut dengan Kori Wijil dan satu disebelah selatan yang disebut dengan Kori Renteng. Pada tangga Siti Hinggil sebelah utara terdapat sebuah batu yang digunakan sebagai tempat pemenggalan kepala Trunojoyo yang disebut dengan Selo Pamecat.

Denah Siti Hinggil Lor Keraton Surakarta Hadiningrat

1. Kori Wijil, gerbang utama Sitihinggil

Kori Wijil merupakan pintu masuk Sitihinggil sebelah utara yang terdiri dari susunan tangga berundak menghubungkan Sitihinggil dengan Sasana Sumewa. Biasanya pintu ini ditutup/dibuka dengan menggunakan pagar besi pendek yang membentang dari arah timur ke barat. Pada salah satu anak tangga Sitihinggil ini, terdapat batu yang digunakan untuk pemenggalan kepala Trunajaya yang diberi nama Selo Pamecat. Nama Kori Wijil sendiri berasal dari kata Kori yang berarti pintu dan Wijil yang berarti keluar atau lahir. Pemberian nama ini mungkin saja maksudnya apabila seseorang ingin memiliki derajat yang tinggi maka harus keluar dari kebiasaan buruk.

2. Bangsal Martalutut

Bangsal Martalutut merupakan bangunan kecil didepan kompleks Sitihinggil di sebelah kanan Kori Wijil. Bangsal ini dulunya digunakan sebagai tempat untuk memeriksa dan ruang tunggu bagi orang yang akan menerima hadiah dari raja. Kata Martalutut berasal dari kata Marta yang berarti kesabaran dan Lutut yang berarti sangat mencintai dan menyayangi.

3. Bangsal Singanegara

Merupakan bangunan kecil yang terletak di depan kompleks Sitihinggil sebelah kiri (sebelah barat Kori Wijil) yang dulunya digunakan sebagai tempat abdi dalem Singanegara yang bertugas melaksanakan keputusan perkara seseorang yang dijatuhi hukuman mati karena bersalah atau melanggar peraturan negara.

4. Bangsal Sewayana

Bangsal Sewayana merupakan bangunan terbesar yang ada di Sitihinggil, dibangun oleh Sunan PB X pada tahun 1913 Masehi dan menjadi pendapa utama di kompleks ini. Pada jaman dahulu orang yang bisa menghadap di bangsal ini hanya para kerabat atau orang penting saja. Bangunan ini banyak digunakan pada saat-saat upacara adat misalnya grebeg maupun pisowanan. Di Bangsal Sewayana terdapat tempat duduk untuk para Putra Sentana dan abdi dalem yang berpangkat tinggi, mereka duduk di tempat tersebut saat upacara Grebeg berlangsung. Hingga sekarang bangsal ini sering dipakai para abdi dalem untuk persiapan wisuda di Bangsal Smarakata.

5. Bangsal Manguntur Tangkil

Bangsal Manguntur Tangkil merupakan rumah kecil yang terletak didalam Bangsal Sewayana tepatnya di sisi selatan bergandengan dengan Bangsal Witana. Bangunan ini memiliki kontur lantai lebih tinggi dan biasa digunakan sebagai singgasana raja saat ada acara pisowanan di Sitihinggil. Nama Bangsal Manguntur Tangkil ini berasal dari kata bangsal yang berarti tempat, manguntur berarti singgasana yang bersinar, dan tangkil berarti menghadap.

6. Bangsal Witana

Disebelah selatan Bangsal Sewayana terdapat bangunan dengan kontur lantai lebih tinggi, tempat ini bernama Bangsal Witana, digunakan oleh para abdi dalem yang membawa benda-benda pusaka saat pisowanan ageng ataupun upacara adat. Nama Bangsal Witana berasal dari kata Bangsal yang berarti tempat dan Witana yang berarti tempat duduk yang panjang.

7. Bale Manguneng

Di tengah-tengah Bangsal Witana terdapat rumah kecil dikelilingi kaca dan kain bernama Bale Manguneng, digunakan untuk menyimpan benda pusaka berupa Meriam Nyai Setomi yang konon dirampas oleh tentara Mataram dari VOC saat menyerbu Batavia. Meriam ini memang tidak boleh dilihat oleh orang umum sehingga harus ditutup rapat (dikrobong). Manguneng sendiri berasal dari kata Mangun (membangun) dan Neng atau meneng, yang berarti diam. Jika ditilik dari Bausastra Jawa, Manguneng berarti kesengsem, sedih.

8. Bangsal Gandhek Kiwa

Bangsal Gandhek Kiwa dulunya merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk para abdi dalem keraton yang akan mempersiapkan hidangan saat berlangsung pisowanan. Bangunan ini terletak disebelah kiri bangsal Sewayana (Sebelah barat).

9. Bangsal Gandhek Tengen

Sebagaimana Bangsal Gandhek Kiwa, Bangsal Gandhek Tengen juga diperuntukkan para abdi dalem sebagai tempat menabuh gamelan saat berlangsung pisowanan. Bangunan ini terlertak di sebelah kanan Bangsal Sewayana (Sebelah timur).

10. Bangsal Angun-angun

Bangsal Angun-angun terletak di sisi selatan Bangsal Gandhek Tengen dan sisi timur Bangsal Sewayana. Tempat ini dulunya digunakan untuk mempersiapkan upacara-upacara keraton oleh abdi dalem dan juga digunakan untuk berlatih gamelan.

11. Bansal Balebang

Balebang merupakan bangsal yang digunakan untuk menyimpan berbagai perlengkapan upacara keraton. Bangsal ini terletak di sebelah barat Bangsal Sewayana dan sebelah selatan Bangsal Gandhek Kiwa.

12. Kori Renteng Baturana dan Kori Mangu

Kori Renteng Baturana dan Kori Mangu merupakan pintu keluar sisi selatan kompleks Sitihinggil. Dari pintu ini pengunjung harus menyeberang jalan untuk bisa menuju kompleks Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat. Jalan Supit Urang Jalan yang berada di depan, sisi timur dan sisi barat kompleks Sitihinggil merupakan jalan umum yang dapat dilalui oleh masyarakat. Jalan ini disebut dengan Supit Urang yang berarti capit udang. Jalan ini juga menghubungkan Alun-alun utara dengan Kompleks Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

TENTANG MERBABU.COM

Merbabu Community atau Komunitas Pecinta Alam Merbabu, berdiri sejak tahun 1984.

Website Merbabu.com hadir sejak tahun 2001, dirintis sejak tahun 1997 dengan domain hosting gratisan.

UNDERCONSTRUCTION

KERATON

CANDI

AIR TERJUN

 

.

.

Copyrights © 2001 - 2017 Merbabu.Com Powered by Propacom