GUNUNG TANGKUBAN PERAHU

Gunung Tangkuban Perahu salah satu Gunung yang sungguh menakjubkan. Gunung aktif ini memiliki puncak yang berbentuk mangkuk besar yang pada pagi hari terlihat jelas dan menjadi tempat yang cocok untuk dijadikan tempat tamasya baik bagi orang Bandung itu sendiri maupun bagi yang dari luar Kota Bandung.

Gunung Tangkuban Perahu selalu diliputi kabut tipis menjelang malam tiba. Kabut tipis yang selalu melayang tersebut membawa cerita-cerita mistis. Menurut beberapa orang pengunjung yang berkemah, pada malam-malam tertentu sering terdengar suara perempuan tertawa cekikikan. Namun bila suara tersebut diperhatikan akan hilang dengan sendirinya. Terdapat sebuah sumber air yang berupa sumur yang tidak pernah kering, terletak diantara Kawah Uwi dan Kawah Upas. Sumber air ini diyakini airnya bila diminum bisa membuat awet muda dan terhindar dari berbagai penyakit.

Pada hari-hari tertentu sering muncul seberkas sinar yang melesat ke langit di atas gunung. Menurut kepercayaan warga, sinar itu jelmaan ular dan ikan mas yang sering muncul dari kawah gunung, hal ini diyakini sebagai pertanda akan terjadi sesuatu hal di sekitar daerah ini. Konon pada hari-hari tertentu fragmen cerita legenda Sangkuriang sering terlihat dipentaskan di dasar kawah Uwi. Namun kejadian langka ini hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu yang bisa melihat secara gaib.

Asap yang mengepul dari puncak gunung yang berasal dari kawah-kawah dapat kita saksikan langsung. Asap yang mengepul itu terjadi setiap saat, ada satu lagi, yaitu bau belerang yang tidak begitu enak, jadi sebelum pergi kesana harus siap-siap dulu.

Kawah tangkuban Perahu itu sendiri menurut proses geologi terjadi oleh karena letusan Gunung Tangkupan Perahu, diman Gunung ini pernah meletus pada 1829, 1846, 1910, dan 1926 yang membentuk sepuluh kawah di antaranya adalah Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Omas, dan Kawah Juring. Banyak pelancong remaja yang melakukan hiking untuk mencapai kawah tersebut.

Untuk mengunjungi Tangkuban Perahu, kendaraan hanya bisa mencapai kawah utama yaitu Kawah Ratu. Tangkuban Perahu terletak 28 km sebelah utara Bandung. Dengan lebar 2 km, gunung vulkanik yang tingginya 1.800 m dapat dicapai dalam waktu 30 menit dari Kota Bandung. Sepanjang perjalanan menuju Tangkuban Perahu kita dapat menikmati pemandangan dataran tinggi Bandung yang dikelilingi pegunungan.

Sampai di Tangkuban Perahu, pastinya di Kawah utama yaitu Kawah Ratu kita harus berjalan, memanjat ke Stasiun Geologi di bagian atasnya atau turun ke kawah aktif lainnya yakni Domas. Aktivitas perjalanan akan memberi Anda pengalaman alam menakjubkan. Dari Domas ada jalan setapak menuju hutan ke luar jalan sekitar 2 km dari tempat parkir dekat Kawah Ratu.

Jika Anda menggunakan kendaraan umum, dari terminal bus Abdul Muis naik kendaraan menuju Ledeng. Kemudian naik kendaraan menuju Lembang, lalu disambung lagi dengan kendaraan yang menuju Puncak Gunung tersebut.

Diperkirakan beberapa ribu tahun yang lalu sekitar 2000 hingga 6000 tahun, telah terjadi beberapa kali letusan gunung Tangkuban Perahu. Lahar, lumpur, abu, dan batu-batuan yang dihasilkan oleh letusan gunung tersebut telah membendung lembah Padalarang. Kolam besar Bandung yang pertama terbentuk dan berubah menjadi danau seluas 700 km2.

Danau tersebut dalam jangka lama mengering melalui aliran sungai Citarum, dan terbentuklah dataran Bandung yang sangat subur. Sekitar 150 tahun yang lalu danau tersebut masih tetap lebar dan banyak terdapat binatang liar seperti banteng, badak, dan harimau dalam jumlah yang sangat banyak. Hingga kini di wilayah bagian selatan sangat mudah sekali terkena banjir

Legenda Gunung Tangkuban Perahu

Pada jaman dahulu kala, di tatar Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi kerta raharja. Tersebutlah sang prabu yang gemar olah raga berburu binatang, yang senantiasa ditemani anjingnya yang setia, yang bernama "Tumang".

Pada suatu ketika sang Prabu berburu rusa, namun telah seharian hasilnya kurang menggembirakan. Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Ditengah kekecewaan tidak mendapatkan binatang buruannya, sang Prabu dikagetkan dengan nyalakan anjing setianya "Tumang" yang menemukan seorang bayi perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya sang Prabu, ketika ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut, mengingat telah cukup lama sang Prabu mendambakan seorang putri, namun belum juga dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi.

Alkisah putri Dayngsumbi nan cantik rupawan setelah dewasa dipersunting seorang pria, yang kemudian dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang yang juga kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga sang Prabu. Namun sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.

Suatu saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh hasil binatang buruan. Karena Sangkuriang telah berjanji untuk mempersembahkan hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak didapatkannya, maka Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan kepada ibunya.

Ketika Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang dipersembahkan putranya tiada lain adalah hati "si Tumang" anjing kesayangannya, maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala putranya dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang berbekas. Sangkuriang merasa usaha untuk menggembirakan ibunya sia-sia, dan merasa perbuatannya tidak bersalah. Pikirnya tiada hati rusa, hati anjingpun jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang selama hidupnya telah setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriangpun minggat meninggalkan kerajaan, lalu menghilang tanpa karana.

Setelah kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal, setiap hari ia selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat dipertemukan kembali dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabulkan, dan kemurahan sang Hyang Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai awet muda. Syahdan Sangkuriang yang terus mengembara, ia tumbuh penjadi pemuda yang gagah perkasa, sakti mandraguna apalgi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman yang sakti pula, yaitu Guriang Tujuh.

Dalam suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang tanpa disadarinya ia kembali ke kerajaan dimana ia berasal. Dan alur cerita hidup mempertemukan ia dengan seorang putri yang berparas jelita nan menawan, yang tiada lain ialah putri Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati kepada putri tersebut, demikianpula Dayangsumbi terpesona akan kegagahan dan ketampanan Sangkuriang, maka hubungan asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang maupun Dayangsumbi saat itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu dan anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi istrinya.

Namun lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi mengetahui bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat bekas luka dikepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya itu.

Setelah merasa yakin bawa Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha menggagalkan pernikahan dengan anaknya. Untuk mempersunting dirinya, Dayangsumbi mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan batas waktu sebelum fajar menyingsing. Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu yang besar. Syarat kedua, Sangkuriang harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu tersebut.

Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.

Sementara itu Dayangsumbi-pun memohon sang Hyang Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan maksud Sangkuriang untuk memperistri dirinya.

Sang Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayampun berkokok dan fajar menyingsing ……. Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat tersebut, ia menendang perahu yang sedang dibuatnya. Perahu akhirnya jatuh menelungkup dan menurut legenda kelak jadilah Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit membentuk danau Bandung.



TENTANG MERBABU.COM

Merbabu Community atau Komunitas Pecinta Alam Merbabu, berdiri sejak tahun 1984.

Website Merbabu.com hadir sejak tahun 2001, dirintis sejak tahun 1997 dengan domain hosting gratisan.

UNDERCONSTRUCTION

KERATON

CANDI

AIR TERJUN

 

.

.

Copyrights © 2001 - 2017 Merbabu.Com Powered by Propacom