GUNUNG MERBABU TEMPO DOELOE

Meskipun tidak tepat dalam menggambarkan jarak dan ukuran deretan gunung merapi, merbabu, telomoyo, namun pelukis jaman belanda ini pada tahun 1865, telah memberikan dokumentasi yang sangat berharga. Posisi Pelukis berada di sekitar antara Bawen dan Ambarawa.

Gunung Merbabu sejak jaman dahulu sudah didokumentasikan oleh Belanda, mulai dari sebelum adanya tehnologi fotografi sehingga dokumentasinya berupa lukisan. Gambar di bawah ini adalah lukisan Sebuah gereja di kota Salatiga dengan latar belakang gunung Merbabu pada tahun 1883. Ini adalah salah satu dokumentasi awal gunung Merbabu dalam bentuk lukisan. Salatiga sebuah kota kecil yang terletak di utara gunung Merbabu.

Ambarawa adalah sebuah kota kecil yang terletak di sebelah barat gunung Merbabu. Pada jaman kerajaan kerajaan Mataram (Amangkurat II) kawasan ini bernama Limbarawa. Dulu Ambarawa pernah menjadi ibu kota Kabupaten Semarang. Sekarang ibu kotanya adalah Ungaran. Ambarawa juga disebut sebagai kota Palagan Ambarawa, dan terdapat Musium Palagan Ambarawa, Musium Kereta Api Ambarawa dan Benteng Williem II.

Ambarawa menghubungkan penting adalah memberikan jalur rel bergerigi kereta api yang menghubungkan seluruh wilayah Jawa Tengah hingga Yogyakarta melalui Magelang. Tahun 1977 jalur kereta Ambarawa Yogyakarta sudah tidak beroperasi lagi, barangkali karena persaingan dengan bus, sementara jalur kereta saling menyilang dengan jalan raya. Konon pada jaman Belanda pulau Jawa memiliki Jalur Kereta Api paling sibuk di dunia.

Foto awal tahun 1900 ini adalah jalur kereta api bergerigi yang merayap mendaki menuju Ambarawa yang terletak di sebelah barat gunung Merbabu.

Ambarawa adalah lokasi penguburan kamp Jepang di mana lebih dari 15.000 orang Eropa telah dilaksanakan selama masa penjajahan Jepang. Setelah Jepang menyerah dan ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pertempuran pecah di daerah Ambarawa pada tanggal 20 November 1945 antara pasukan Inggris yang mengevakuasi di tanah jajahan Eropa dan Republik Indonesia.

Gambar di atas adalah sebuah villa di Kopeng pada awal tahun 1900. Dari sejak jaman Belanda Kopeng sudah terkenal dengan kesejukannya. Dulu banyak Pejabat Kerajaan Belanda ketika bertugas di Jawa Tengah menjadikan Kopeng sebagai tempat beristirahat. Sedangkan gambar di bawah adalah rumah penduduk di lereng gunung Merbabu tempo dulu.

Bule-bule eropa ini berkuda di Kopeng pada tahun 1914. Sejak jaman Belanda wilayah Kopeng sudah terkenal sebagai tempat istirahat dan rekreasi orang-orang eropa.

Foto di atas gunung Merbabu tahun 1930 sementara foto di bawah adalah hutan lebat yang ditumbuhi tumbuhan paku-pakuan di kaki gunung Merbabu.

Keluarga Eropa ini sedang melakukan pendakian gunung Merbabu pada tahun 1914. Hutan yang cukup lebat masih tampak di lereng gunung Merbabu.

 

Jalur pendakian yang masih berhutan pada tahun 1910. Suasana hutan masih tampak rindang di sepanjang jalur pendakian.

Lereng terjal sering menjadi kekaguman para pendaki yang melewatinya, mereka biasanya berhenti dan menikmati pemandangan lereng-lereng terjal di jalur Kopeng ini.

Gambar jurang yang lerengnya diselimuti hutan lebat ini adalah jalan aliran lahar kawah Merbabu. lokasi jurang ini di sebelah kanan jalur Wekas. Jurang ini membentuk aliran sungai yang menjadi sumber air utama masyarakat Merbabu.

Foto di atas adalah puncak Kenteng Songo pada tahun 1910 yang difoto dari puncak Syarif.

Foto di atas suasana di puncak Syarif gunung Merbabu pada tahun 1910 yang masih banyak ditumbuhi pepohonan. Foto di bawah adalah pondok di puncak Syarif gunung Merbabu pada tahun 1910.

Dr. Theophil Wurt di depan Pondok di puncak gunung Merbabu pada tahun 1910 dan foto di bawah adalah para porter yang membantu para bule mendaki dan membuka jalur menuju puncak gunung Merbabu.

Suasana awan gelap di puncak gunung Merbabu pada tahun 1910 dan suasana kumpulan awan putih dari puncak gunung Merbabu pada tahun 1912.

Foto di atas adalah pemandangan Gunung Merapi dari puncak Gunung Merbabu yang diambil pada tahun 1918. Lukisan di bawah ini dibuat oleh Junghuhn pada tahun 1800-an yang menggambarkan gunung Merapi dari puncak Gunung Merbabu. Junghuhn adalah peneliti dan pendaki eropa yang banyak mengunjungi gunung-gunung di pulau Jawa.

Pada bulan November 1836, Junghuhn mendaki puncak gunung Merbabu dan mendapati beberapa puncak merbabu yang masih berhutan. Dia menyebutkan adanya beberapa sumur lumpur dan belerang, tetapi tidak ada letupan.

Jalan Raya Selo yang menghubungkan kota Boyolali dengan kota Magelang, melintasi tengah-tengah antara gunung Merapi dan gunung Merbabu. Foto tahun 1910 tersebut menunjukkan betapa masih sempit dan sepinya jalan raya Selo.

Foto bule sekeluarga di atas ini diambil pada tahun 1920 di sebuah jembatan di Selo. Sedangkan keluarga Eropa di bawah ini sedang bersantai di Selo pada tahun 1921.

Foto di atas adalah tempat Pesanggrahan Susuhunan PB.X Raja Surakarta yang di foto pada tahun 1922. Pesanggrahan ini terletak di Selo di lereng gunung Merbabu. Di sini juga di tanam kebun sayuran milik keraton surakarta.

Bapak Marsekal Imam Tjahjadi pada tanggal 14 Agustus 1965 mendaki puncak gunung Merbabu, dan di atas puncak gunung Merbabu terdapat pohon besar, beliau beramai-ramai memanjat pohon tersebut. Menurut beliau pada tahun 1965 hutan di gunung Merbabu masih sangat lebat.

Sumber foto : Tropen Museum Nederland

Baca juga artikel tentang gunung Merbabu : Keunikan Desa Cunthel - Merbabu jalur Selo - Merbabu jalur Thekelan - Merbabu jalur Wekas - Merbabu jalur Cunthel - Merbabu tempo dulu - Merbabu jalur Timboa - Merbabu jalur Suwanting - Merbabu Jalur Gancik

TENTANG MERBABU.COM

Merbabu Community atau Komunitas Pecinta Alam Merbabu, berdiri sejak tahun 1984.

Website Merbabu.com hadir sejak tahun 2001, dirintis sejak tahun 1997 dengan domain hosting gratisan.

UNDERCONSTRUCTION

KERATON

CANDI

AIR TERJUN

 

.

.

Copyrights © 2001 - 2017 Merbabu.Com Powered by Propacom