Warga Lereng Merapi Rentan Gangguan Jiwa

 

Pasca erupsi Gunung Merapi 2010, warga terdampak sangat rentan terkena gangguaan jiwa. Sebab, bagi warga yang berada di hunian tetap menempati lingkungan baru dan masih menyisakan trauma akibat dahsyatnya letusan gunung itu.
Gangguan kejiwaan juga ada yang ringan dan berat. Yang ringan, gangguan jiwa bisa dirasakan, seperti kecemasan, susah tidur, tidak nafsu makan dan malas untuk bekerja. Jika gangguan kejiwaan masuk kategori berat bisa menimbulkan kegilaan. "Karena menempati lokasi baru, jika kondisi kejiwaan lemah maka mudah terganggu," kata Kepala Dimas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini, Kamis (20/2).

 

Hingga akhir 2012, di empat kecamatan di lereng Gunung Merapi, banyak warga yang terdeteksi risiko terkena gangguan kejiwaan. Yaitu di Kecamatan Turi, sebanyak 55 orang, di Pakem ada 22 orang, di Ngemplak ada 88 orang dan di Cangkringan sebanyak 44 orang yang terkena gangguan jiwa resiko berat.
 
Masyarakat yang tinggal di perkampungan baru itu rentan akan mengalami gangguan kejiwaan. Namun jika kejiwaannya matang, risiko mengalami gangguan jiwa kecil.
Tidak hanya warga dewasa, anak-anak dan bayi pun juga rentan terhadap gangguan kejiwaan. Untuk mendeteksi bayi yang belum bisa berbicara dan terganggu kejiwaannya bisa dilihat dari tingkah bayi. Seperti sering rewel, menangis, serta susah makan. Apalagi jika pola asuhnya salah dan membuat bayi tidak nyaman.
 
Ia menambahkan, agar gangguan jiwa tidak berisiko besar, maka ada pelatihan terapi kejiwaan di lokasi-lokasi hunian tetap lereng Merapi. Yaitu sudah dikaderkan sebanyak 40 orang di setiap kecamatan wilayah erupsi di lereng Merapi.
 
Tugas para kader itu, kata dia, melayani masyarakat setempat cara penanganan gangguan kejiwaan. Juga mendeteksi secara dini adanya gangguan itu.
"Jika ada warga yang terdeteksi terkena gangguan kejiwaan jiwa dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit," kata Mafilindati.
 
Selain itu, desa- desa di Sleman juga dicanangkan menjadi desa tanggap kesehatan jiwa. Program itu sudah dimulai sejak 2011 yang lalu. Saat ini sudah 11 desa yang mencanangkan program itu. Targetnya, pada 2015, semua desa sudah menjadi desa tanggap kesehatan jiwa.
 
Menurut Tri Novita Herdalena, psikolog yang bertugas di Dinas Kesehatan Sleman, gangguan kejiwaan bisa terjadi pada siapa saja. Tidak memandang usia dan status sosial mereka. Warga bisa berkonsultasi ke psikolog yang sudah disediakan.
"Bisa berkonsoltasi mengenai problem hidup dari segi managemen waktu antara kerja dan keluarga, masalah rumah tangga, juga masalah pekerjaan," kata dia.
 
Sumber : TEMPO.CO – Kam, 21 Feb 2013

TENTANG MERBABU.COM

Merbabu Community atau Komunitas Pecinta Alam Merbabu, berdiri sejak tahun 1984.

Website Merbabu.com hadir sejak tahun 2001, dirintis sejak tahun 1997 dengan domain hosting gratisan.

UNDERCONSTRUCTION

KERATON

CANDI

AIR TERJUN

 

.

.

Copyrights © 2001 - 2017 Merbabu.Com Powered by Propacom